Nggak Jelas

Pada siang hari, matahari bersinar dengan terangnya, sehingga membuat seorang anak bernama Zul dan adiknya Intan kepanasan.

Intan : "Kak.. Hari ini panas banget! Kita nggak usah aja dech pergi ke sananya.."
Zul : "Eits! Nggak boleh.. Kita sudah hampir mau nyampe ni.."

Mereka terus melangkahkan kaki mereka satu persatu. Satu jam.. Dua jam.. pun mereka lalui. Tetapi, anehnya mereka tidak sampai ke tempat tujuan. Mengapa itu bisa terjadi?

Intan : "Kak.. berapa lama lagi si!? Kita udah jalan dari jam 9 sampai jam 12 kok nggak nyampe-nyampe?"
Zul : "Sabar ntan.. Pasti nyampe kok.."

Lama kelamaan, mereka merasakan rasa dahaga yang mencapai pada puncaknya. Untungnya, mereka melihat sebuah warung yang bertuliskan "Warung Mocca alias Teh". Akhirnya, mereka berhenti sejenak untuk meminum seteguk es teh manis.

Zul : "Mb~! Pesan es teh manis 2 yang masing-masing harganya Rp 100.."
Mba' Sora : "Lo? Bang, di mana" es teh tu g da yang harganya Rp 100.."
Zul : "Mb' nggak lihat teks bacaan di atas yang isinya "mereka berhenti sejenak untuk meminum seteguk es teh manis" yah? Duh.. Kita tu kepingin minum seteguk aja.. Gimana si? Lagipula.. saya cuma punya uang Rp 200"
Mb' Sora : "Ow~! Maaf bang.. Saya nggak lihat teks nya.. Ternyata si pengarang yang nyuruh.. Mari bang, saya buatkan tehnya.."

Mereka pun meminum es teh manis yang cuma sedikit itu. Lalu, mereka lanjutkan perjalanan. Lagi-lagi, Intan mengeluh pada kakaknya.

Intan : "Kak.. Kamu nggak salah jalan kan?"
Zul : "Nggak ntan.. Tenang aja.."

Saat di perjalanan, mereka menemukan seorang anak kecil yang menangis di tengah jalan. Mereka pun menghampiri anak kecil itu. Saat melihat wajah anak kecil itu, Zul dan Intan pun terkejut luar biasa! Wajah anak itu amatlah pucat.

Intan : "Ade'.. Ibunya mana?"
Ade' : "Sudah pergi.."
Intan : "Maksudnya?"
Ade' : "Yah pokoknya sudah pergi.."
Zul : "Sudah".. Ade' namanya siapa?"
Ade' : "Pier.."
Intan : "Ow~! Ade pier to.."
Zul : "Ah!"
Intan : "Ada apa kak?"
Zul : "Nggak terasa udah mau maghrib"
Intan : "Berarti.. kita dah jalan 9 jam donk!"
Ade' : "Kakak semua.. Tadi ngelihat nggak ada orang yang bawa POSTER DAVID VILLA?"
Intan : "Nggak.. Manknya itu siapa?"
Ade' : "Itu teman saya.. Namanya Lia.."
Zul : "Manknya terakhir kali kamu lihat pas kapan?"
Ade' : "Satu tahun yang lalu.. Saat aku kejar dia, aku langsung ketabrak mobil dan tak sadarkan diri.."
Intan dan Zul : ".........................................."

Lalu, anak itu pun menghilang dari hadapan mereka dengan membentuk segumpalan asap yang menunjukkan sebuah tulisan. Tulisan itu adalah " Lia.. Where are u?". Karena Intan sangatlah takut terhadap hantu, ia pun pingsan. Zul pun langsung cepat" membawa Intan ke sebuah mushola terdekat. Saat ia berusaha membangunkan Intan di sana, ia bertemu seorang ustadz yang bernama Ustadz Fakhri.

Ustadz Fakhri : "Ada apa ini?"
Zul : "Gini lo Pak Ustadz.. Tadi saya dan ade' saya bertemu seorang anak yang bermuka pucat dan bernama Pier.. Lalu, ternyata, ia adalah hantu gentayangan yang mencari seseorang bernama Lia.."
Ustadz Fakhri : "Astagfirullah! Memang benar.. satu tahun yang lalu ada seorang anak kecil yang meninggal.. Dan, anak perempuan yang di maksud Pier adalah Sahabat anak saya sendiri.."
Zul : "La? kok.. kok... AAA... "
Ustadz Fakhri : "Iya.. Anak saya bernama Lia.. Kerjaannya adalah mengutak-atik komputer.. Lalu, dia memiliki seorang sahabat bernama Pier.."
Zul : " Tetapi.. Kenapa Pier mencari-cari Lia?"
Ustadz Fakhri : "Itu karena.. Suatu hari, anak saya Lia sedang asyik mengutak-atik komputer.. Lalu, Pier datang ke rumah saya untuk mengajak Lia bermain keluar rumah. Tetapi, Lia nggak mau di ajak main ke luar.. Pier pun merasa jengkel dan langsung menekan tombol Power pada CPU.. Lia pun marah besar pada Pier dan kebetulan, saat itu Pier sedang membawa sebuah poster David Villa.. Dan.. Lia pun merebut poster itu kemudian pergi ke luar rumah.."
Zul : "Lalu.. Hbs itu Pier ketabrak mobil yah?"
Ustadz Fakhri : "Tenang donk.. Masih ada kelanjutannya.. Lalu, ada seorang anak kecil yang bernama Disa sedang bermain remote control.. Lalu, Pier kesandung mobil remote control Disa dan jatuh ke jalan.. Akhirnya.. Pier ketabrak mobil.. Kasihan anak itu, sudah ibunya meninggal saat melahirkan dia, dan kini..."
Zul : "La? Kalo gitu yang salah Disa donk?"
Ustadz Fakhri : "Hahahaha! Gak tahu juga.. Saya kok jadi bingung.."
Zul : ".............................."
Intan : "Ukhh..."
Zul : "Intan dah bangun?"
Intan : "Iya.. Dah dari tadi kali, pas waktu si Pak Ustadz cerita tentang pier dan anaknya.. Kak, kita pulang aja yuuk.. Aku takut.."
Zul : "Iyaiya.. Pak Ustadz.. Saya pamit pulang dulu yah.. Assalamualikum.."
Ustadz fakhri : "Wa'alaikumsallam wr. wb. Oya~! Satu lagi.. Nama bapak dari Disa adalah Ditto.. Hati-hati yh~! TITI DJ~!"

Mereka pun melanjutkan perjalanan kembali. Ternyata, Zul tetap ingin ke tempat tujuannya semula.

Intan : "Sudah dech kak~! Kita tu aslinya mau ke mana sih?"
Zul : "Iya dech kakak kasih tau.. Kita tu mw ke rumahnya om Dito.."
Intan : "Lo? Bukan nya om Dito dah pindah ke samping rumah kita yah? AAAA!!!! KAKAK!!!! KAKAK LUPA YAH!?"
Zul : "Ouya! Kakak lupa.. Oke, kita kembali ke rumah!"
Intan : "Arghh~! oya.. Btw, berarti Om Ditto itu ayah dari Disa donk? Kok aq nggak tahu yah? Aneh.."
Zul : "Kakak juga nggak tahu.. Ayo cepat! Keburu larut malam!"

Mereka pun berjalan kaki menuju rumah mereka di malam hari yang sunyi, hening, dan dingin. Karena merasa kedinginan, mereka pun mampir ke restoran "Pencinta Lumpia dan Coklat!" untuk meminum segelas coklat hangat.

Zul : "Mas! Pesen dua yah coklat panasnya!"
Mas : "Baik bang.."
Intan : "Wuiih!"
Mas : "Ada apa mb?"
Intan : "Mas mirip banget dengan Brendon Urie.."
Mas : " Hahahah~! Nama saya aja Blenjo Urip kok mba'.. Hampir mirip kan.. Nah, saya permisi dulu.."
Intan : "Aneh yah tu orang.. Oya, kak, manknya kamu punya uang? Uang kita kan udah habis.."
Zul : "Tenang saja.. Beres itu.."
Mas : "Ini bang coklat panasnya dan ini kertas tagihannya.."
Zul : "Mas.. Saya mau tanya.. Mas baca teks yang di atas nggak?"
Mas : "Emanknya da pa bang?"
Zul : "Mas gak tahu ya.. Uang saya itu sudah habis.. Sebetulnya, saya nggak mau mampir ke sini, tapi, karena di suruh pengarang.. ya sdh.."
Mas : "Ow~! Baiklah kalo begitu.. Karena di suruh pengarang, coklatnya gratis dech bang! Ah! Saya permisi dulu.."

Intan dan Zul pun meminum segelas coklat dengan nikmat.. Lalu, setelah selesai, mereka melanjutkan kembali perjalanan mereka.. Sampai rumah Om Dito, keadaan di sana sangat tidak meyakinkan.. Mereka pun langsung masuk begitu saja tanpa mengetuk-ngetuk pintu terlebih dahulu.. Dan di sana... Ada ceceran darah.. Dan, ternyata Om Dito dan Disa...

****

Fira : "AAHH~!!!!"
Bu Inten : "Ada apa Fira? Kamu ketiduran lagi yah? Dasar.. kamu itu niat sekolah nggak sih? Katanya pingin dapat beasiswa ke Madrid!? Kalo begitu, saya kirim saja kamu ke Timor Leste!"
Fira : "Maaf bu.. Tadi saya mimpi ngeri.. Pa? Timor Leste!? Saya nggak bisa ketemu DV donk bu.. "
Bu Inten : "Makanya.. Jangan tidur di kelas.. Memangnya kamu mimpi apa si tadi? Kok sampai teriak" bgt?"
Fira : "AH~! Pokoknya ngeri bu.. Ceritanya saya sudah mati..Lalu, masa Zul ama Intan jd sodaraan.. Lalu, Fakhri jd pak ustadz, and Lia jd anakx Fakhri, Sora jadi mb penjaga warung, Disa jadi anaknya Ditto.. ahh~!! pokoke panjang lah bu.."
siswa-siswi : "huuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuu...."
Bu Inten : "Tenang anak".. Memangnya.. di mimpi mu ada saya?"
Fira : "Hehehe... Lalu, ada DV juga lo bu~! Walaupun dalam poster.. (Mengabaikan pertanyaan bu Inten)"
Bu Inten : "Kamu dengar pertanyaan saya?"
Fira : "Ya bu? Ada apa?"
Bu Inten : "Nggak jelas.. Nggak jelas.."

THE END